Batik Trusmi
Posted by admin on Senin, 24 Mei 2010 | 0 komentar
Nama desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon, Kecamatan Weru, Cirebon tak dapat dipinggirkan. Desa yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat kota ini sejak puluhan tahun lalu telah menjadi sentra bisnis batik. Sayang, mereka harus kedodoran mencari para pembatik lokal.
Kisah membatik desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi. Salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam. Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, malahan setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun.
Kelihaian membatik itu ternyata memberi berkah di kemudian hari. Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Seolah kain batik dari desa ini tak masuk dalam keluarga batik Cirebon. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir.
Usaha yang bermula dari skala rumahan lama kelamaan menjadi industri kerajinan yang berorientasi bisnis. Produk batik Trusmi bukan sekadar memenuhi kebutuhan lokal, tetapi sebagian perajin mengekspor ke Jepang, Amerika, dan Belanda.
Masa keemasan kerajinan batik di daerah ini terjadi pada kurun waktu 1950-1968. Tak heran bila sebuah koperasi di tingkat lokal, Koperasi Batik Budi Tresna yang menaungi perajin batik, sanggup membangun gedung koperasi yang sangat megah. Tak ketinggalan, sejumlah sekolah mulai dari tingkat SD, SLTP hingga SLTA.
Di masa kini, peran alm. H. Masina tak bisa dilepaskan. Tokoh ini dikenal sebagai pengembang bisnis batik di Trusmi. Itu sebabnya ia pun didaulat untuk memimpin Koperasi Batik Budi Tresna.
Beberapa tahun lalu, alm H. Masina sempat mengeluhkan makin sulitnya mencari orang lokal yang mau berprofesi sebagai pembatik yang terampil.
Penduduk sekitar lebih suka kerja ”kantoran” yang tak butuh ketrampilan tangan. Alhasil para pemilik industri batik mencari tenaga pembatik dari daerah lain, seperti Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan.
Bila dibanding dengan batik Yogyakarta, Solo atau Pekalongan, batik Trusmi punya ciri yang berbeda dan khas. Perbedaan yang paling kentara adalah dari segi warna dan motif. Batik Trusmi tampil dengan warna yang cerah dan ceria. Batik Yogyakarta atau Solo didominasi dengan warna gelap, biasanya coklat tua atau hitam.
Secara umum, batik asal Cirebon muncul dengan warna-warna kain yang lebih cerah dan berani. Warna-warna cerah seperti merah, merah muda, biru langit, hijau pupus, dan tentu saja ini bisa kita lihat dalam kain batik Trusmi. Selain itu, gambar motifnya juga lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter, seperti gambar aktivitas masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat.
Begitu pula dengan motif yang menghiasi kain. Motif batik Trusmi berbeda dengan motif batik tradisional gaya Yogyakarta dan Solo. Pengaruh ini diakibatkan dengan letak geografis Cirebon yang ada di kawasan pantai, sehingga motif batik asal kota udang ini disebut motif Pesisiran. Dalam kain batik ini kita bisa jumpai gambar motifnya yang lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter, seperti gambar aktivitas masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat.
Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif Mega Mendung, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif Mega Mendung tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon
Masyarakat Trusmi mempercayai bahwa mereka adalah turunan Raden Walangsungsang atau Mbah Kuwu Cerbon, yang dinobatkan sebagai Mbah Buyut Trusmi. Kepercayaan ini membuat masyarakat Trusmi menjaga tradisi yang diwariskan oleh Mbah Buyut Trusmi, baik itu tradisi yang bersifat adat-istiadat maupun keterampilan membatiknya. Karena itu Trusmi terkenal dengan sebutan Jepang Kecil yang maju dalam bidang ekonomi dan pendidikan.
Hal tersebut didukung oleh sektor kerajinan batik tetapi tetap memegang teguh nilai tradisi.
Bayangakan saja pada tahun 60-an disaat Indonesia sedang mengalami kekurangan pangan, keterbelakangan pendidikan, dengan ekonomi yang carut-marut. Masyarakat Trusmi pada waktu itu telah maju dibandingkan dengan daerah lainnya. Trusmi memiliki sistem pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Ekonomi, Pendidikan Guru Agama, Madrasah Diniyah dan Tsanawiyah. Untuk kesehatan Trusmi mempunyai poliklinik swadaya masyarakat dengan pengobatan gratis. Bidang ekonomi Trusmi menjadi raksasa kecil berkat sistem ekonomi yang dibangun Koperasi Batik Budi Tresna, terbukti dengan adanya pabrik pemintalan benang dan bangunan megah koperasi serta aset lainnya.
Trusmi daerah penghasil batik berasal dari kata terus bersemi, berkesinambungan dalam kehidupan. Konon menurut cerita sesepuh Trusmi, kata Trusmi berasal dari kebiasaan Pangeran Trusmi yang rajin memotong rumput untuk ternaknya, anehnya setiap rumput tersebut dipotong keesokan harinya rumput tersebut tumbuh kembali, terus bersemi. Dari kejadian tersebut maka tempat tersebut diberi nama Trusmi. Pangeran Trusmi adalah cucu Ki Gede Trusmi dan Mbah Kuwu Cerbon, dari perkawinanan Nyai Cupluk dan Pangeran Cerbon Girang.
Beberapa berpendapat sedikit berbeda bahwa Ki Gede Bambangan yaitu orang pertama yang tinggal di padukuhan Trusmi, saat itu sedang memotong rumput di halaman sekitar rumahnya. Tiba-tiba dia mendengar salam misterius, salam yang baru dia dengar “Assalamualaikum”. Sesaat kemudian rumput yang baru dia potong tumbuh kembali. Ternyata orang yang mengucapkan salam tesebut adalah Sunan Gunung Jati dan Mbah Kuwu Cerbon yang datang dalam rangka mensyiarkan Islam di tanah Cirebon.
Trusmi terletak di bagian utara kabupaten Cirebon, tepatnya di kecamatan Plered, berbatasan langsung dengan desa Wotgali dan Kalitengah disebelah utara, desa Kalwulu di sebelah barat, desa Weru Lor di sebelah selatan, dan desa Panembahan di sebelah timur.Trusmi sebagai daerah penghasil batik merupakan wilayah padat pemukiman, terbagi menjadi dua desa, Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon. Luas desa Trusmi Wetan 58,531 ha, sedangkan desa Trusmi Kulon 54,035, keduanya terbelah oleh dua sungai yang dulunya berfungsi sebagai pengairan sawah.
Memasuki wilayah Trusmi kita akan disuguhkan dengan jalanan sempit yang penuh dengan lalu lalang kendaraan beroda dua dan empat. Kebanyakan kendaraan yang memasuki wilayah Trusmi berplat nomor luar Cirebon. Sepanjang jalan terpampang plang-plang showroom batik yang berjumlah puluhan. Kita akan dimanjakan dengan batik-batik kualitas terbaik dengan harga yang terjangkau. Showroom yang terbesar di Trusmi adalah Batik Nofa, Batik Asofa, Batik Hafiyan, Batik Salma, Batik Annur, dan Batik Ninik Iksan. Untuk pengrajin batik sendiri ditampung oleh Koperasi Batik Budi Tresna. Mereka membuat kelompok pengrajin dan membuka outlet batik di gedung koperasi. Anda tinggal memilih showroom mana yang disukai, semua akan memeberikan layanan dengan baik.
Masyarakat kampung batik Trusmi menyambut gembira dengan dinyatakannya batik sebagai warisan budaya Indonesia. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization ( UNESCO ), lembaga dunia yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya mengakui batik Indonesia sebagai “Budaya Tak Benda Warisan Manusia”. , dan menjadikannya sebagai hari batik nasional. Batik Trusmi merupakan rangakaian batik nusantara yang kaya akan nilai-nilai tradisi yang tidak hanya terkesan indah tapi mengutamakan nilai estetika yang ada. Semua batik Indonesia mempunyai keunggulan masing-masing, batik Trusmipun demikian. Salah satu keunggulan batik Trusmi adalah selain desain yang menawan, batik Trusmi didukung oleh ph air yang mempengaruhi kecerahan warna. Dalam artian warna batik Trusmi sedikit berbeda dengan warna batik lainnya walaupun dikerjakan dengan teknik dan sistem pewarnaan yang sama.
Secara garis besar batik Cirebon dibagi menjadi dua yaitu batik keratonan dan batik pesisiran. Batik keratonan identik dengan wadasan dan mega mendung, akan tetapi ada beberapa motif keratonan yang tidak menyertakan kedua unsur tadi contohnya batik keratonan dengan motif hias kangkungan dan simbar. Batik keratonan terkesan klasik dan antik karena mengambil hiasan pokok yang berasal dari tumbuhan, binatang mitologi, bentuk-bentuk bangunan, taman arum, sawat atau sayap, wadasan, mega mendung, dan bentuk-bentuk hiasan. Contoh motif batik keratonan adalah motif batik patran kangkung, batik lenggang kangkung, batik dalungan, batik simbar kendo, batik simbar menjangan, batik sawunggaling, batik paksi naga liman, batik hias buroq, batik kanoman, batik gunungjatian, batik trusmian, batik siti hinggil, batik lawanggada, batik wadasan grompol, batik naga utah-utahan dan sebaginya.
Batik Cirebon memiliki keunikan tersendiri karena selain tumbuhnya batik keratonan batik Cirebon juga menerima batik pesisiran sehingga lebih kaya dengan motif-motif hias. Kemunculan motif-motif, tata warna, perkembangan desain dan fungsi, lebih dinamis dan berani pada batik pesisiran. Dengan demikian perkembangan batik pesisiran lebih pesat dibandingkan pendahulunya. Motif hias batik pesisiran tidak terikat oleh sistem nilai dan symbol tetapi lebih banyak ditentukan oleh permintaan pasar yang tidak langsung akan mempengaruhi kreatifitas desainer batik dalam mewujudkan motif. Motif batik pesisiran diantaranya batik liris, batik kawung, batik banji tepak, batik tambal sewu, batik lengko-lengko, batik ange-angen, batik pangkaan dan sebagainya.
Dari cara pengerjaannya batik dibagi menjadi tiga macam, yaitu batik tulis, batik cap dan batik sablon. Batik tulis merupakan batik yang paling lama proses waktu pengerjaannya, memelukan waktu dua atau tiga minggu untuk satu potong batik tulis yang halus. Wajar jika harga batik tulis sangat mahal. Batik cap semua proses pewarnaannya mirip dengan batik tulis, tetapi dalam membuat sket batik menggunakan cap sehingga lebih cepat prosesnya. Sedangakan batik sablon atau printing semua warna langsung terlihat dan langsung teraplikasi dengan rapih dan cepat. Prosesnya menggunakan media cetak screen dengan susunan warna yang sudah ditentukan.
Umumnya batik terbuat dari kain katun, untuk kelas yang lebih mahal tersedia dalam kain sutra baik sutra timbul maupun sutra ATBM ( alat tenun buka mesin). Ada juga yang berasal dari organdi dan sintetis, serta campuran keduanya. Batik dibuat dalam bentuk kain panjang, sarung, hem, ikat kepala taplak meja, sprei tempat tidur dan sebagainya. Batik tidak hanya tertutup oleh alat sandang semata, tetapi fungsi batik diperluas sebagai sarana yang berhubungan dengan kehidupan. Tidak heran jika batik diapliksikan kedalam sandal, guci, hiasan dinding, karpet, bahkan tattoo. Tergantung selera, yang pasti united in batik Trusmi. (di ambil dari berbagai sumber)
0 komentar for " Batik Trusmi "
Leave a reply